Film-Film Terbaik di Festival Film Cannes 2025: Sorotan Sinema Global yang Mencuri Perhatian

Festival Film Cannes 2025 menghadirkan deretan film luar biasa dari berbagai penjuru dunia. Simak ulasan lengkap tentang karya-karya terbaik yang mencuri perhatian kritikus dan penonton tahun ini.

Festival Film Cannes 2025 kembali menjadi panggung bagi sineas dunia untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka. Dengan berbagai genre dan tema yang diangkat, festival tahun ini menyoroti keberagaman dan kekayaan sinema global. Berikut adalah beberapa film yang paling menonjol dan mendapatkan apresiasi tinggi dari kritikus serta penonton.


🏆 Film-Film Unggulan di Cannes 2025

1. Sound of Falling – Mascha Schilinski

Film debut dari sutradara Jerman, Mascha Schilinski, ini mengeksplorasi trauma antar generasi perempuan dalam sebuah narasi puitis dan emosional. Dengan pendekatan visual yang memukau, Sound of Falling menjadi salah satu kandidat kuat untuk Palme d’Or tahun ini.  

2. Highest 2 Lowest – Spike Lee

Kolaborasi terakhir antara Spike Lee dan Denzel Washington ini merupakan adaptasi modern dari film klasik Kurosawa, High and Low. Berlatar industri musik New York, film ini menggabungkan elemen thriller dengan kritik sosial yang tajam. Denzel Washington bahkan menerima Palme d’Or kehormatan atas kontribusinya dalam dunia perfilman.

3. Nouvelle Vague – Richard Linklater

Sebagai penghormatan terhadap era sinema Prancis tahun 1960-an, Linklater menghadirkan Nouvelle Vague, sebuah film hitam-putih yang menggambarkan proses pembuatan film Breathless karya Jean-Luc Godard. Dengan sentuhan humor dan gaya khas Linklater, film ini menjadi favorit di kalangan kritikus.

4. Alpha – Julia Ducournau

Setelah sukses dengan Titane, Julia Ducournau kembali dengan Alpha, sebuah drama yang menggali tema trauma dan identitas melalui lensa seorang remaja perempuan. Film ini mendapat pujian atas pendekatannya yang berani dan visual yang kuat.

5. Sirât – Oliver Laxe

Menggabungkan elemen spiritual dan petualangan, Sirât mengikuti perjalanan seorang ayah mencari putrinya yang hilang di padang pasir Maroko. Dengan sinematografi yang memukau, film ini menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam.

6. The Secret Agent – Kleber Mendonça Filho

Berlatar Brasil pada era kediktatoran militer, film ini mengisahkan seorang guru yang terjebak dalam intrik politik dan pengawasan negara. Dengan narasi yang kompleks dan penampilan kuat dari Wagner Moura, The Secret Agent mendapat standing ovation selama 13 menit di Cannes.

7. Renoir – Chie Hayakawa

Sutradara Jepang Chie Hayakawa menghadirkan Renoir, sebuah drama yang menggambarkan proses berduka seorang gadis muda di Tokyo tahun 1980-an. Dengan pendekatan yang intim dan estetika yang indah, film ini menyentuh tema kehilangan dan pertumbuhan.

8. La Petite Dernière – Hafsia Herzi

Adaptasi dari novel Fatima Daas, film ini mengeksplorasi identitas seorang perempuan Muslim lesbian di Prancis. Dengan pendekatan yang sensitif dan realistis, La Petite Dernière menyoroti konflik antara tradisi dan kebebasan individu.

9. It Was Just an Accident – Jafar Panahi

Meski menghadapi pembatasan dari pemerintah Iran, Jafar Panahi berhasil menghadirkan film thriller yang menggambarkan ketegangan sosial dan politik di negaranya. It Was Just an Accident menjadi bukti keberanian dan dedikasi Panahi dalam dunia sinema.

10. Die My Love – Lynne Ramsay

Dibintangi oleh Jennifer Lawrence, film ini mengeksplorasi sisi gelap dari keibuan dan keinginan. Dengan pendekatan yang intens dan emosional, Die My Love menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam meski menuai beragam reaksi dari penonton.


🎯 Kesimpulan

Festival Film Cannes 2025 menegaskan posisinya sebagai ajang bergengsi yang menampilkan karya-karya sinema terbaik dari seluruh dunia. Dengan keberagaman tema dan pendekatan yang inovatif, film-film yang ditampilkan tahun ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengajak penonton untuk merenung dan berdiskusi. Dari eksplorasi identitas hingga kritik sosial, Cannes 2025 menjadi cerminan kekayaan dan kompleksitas dunia melalui lensa sinema.

Read More

Kanazawa, Jepang: Perpaduan Taman Tradisional dan Warisan Budaya yang Memikat

Kanazawa di Jepang adalah kota bersejarah yang memikat dengan taman tradisional Kenrokuen, distrik geisha, dan warisan budaya samurai. Temukan pesona klasik Jepang yang abadi di kota yang mempertahankan tradisi sekaligus menyatu dengan kemodernan.

Terletak di pesisir barat Pulau Honshu, Kanazawa adalah salah satu kota di Jepang yang berhasil menjaga keindahan dan keaslian budaya tradisional Jepang, sekaligus menyajikan suasana yang tenang jauh dari keramaian kota besar seperti Tokyo atau Osaka. Dengan taman klasik yang terkenal di seluruh Jepang, distrik bersejarah, serta warisan budaya yang terpelihara baik, Kanazawa menjadi destinasi yang cocok untuk siapa pun yang ingin merasakan pesona Jepang masa lalu.

Daya tarik utama kota ini adalah Kenrokuen Garden, salah satu dari Tiga Taman Besar Jepang bersama dengan Kairakuen di Mito dan Korakuen di Okayama. Kenrokuen secara harfiah berarti “taman dengan enam keunggulan”, merujuk pada konsep ideal taman lanskap: ruang luas, ketenangan, desain buatan manusia, pemandangan, air, dan ketenangan spiritual. Taman ini dibangun pada zaman Edo oleh klan Maeda, dan hingga kini tetap menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam. Saat musim semi, taman dipenuhi bunga sakura; di musim gugur, dedaunan merah menciptakan lanskap dramatis; dan di musim dingin, pohon-pohon disangga dengan yukitsuri—tali khas Jepang untuk menahan salju.

Tidak jauh dari taman, berdiri Kastil Kanazawa, bekas pusat kekuasaan klan Maeda yang pada masanya adalah salah satu keluarga daimyo terkaya kedua setelah Tokugawa. Meskipun bangunan aslinya sempat hancur karena kebakaran dan perang, rekonstruksi yang cermat telah menghidupkan kembali arsitektur dan suasana feodal yang autentik. Pengunjung dapat menyusuri gerbang-gerbang besar, dinding batu bergaya unik, dan taman-taman yang ditata rapi di dalam area kastil.

Selain situs bersejarah, Kanazawa juga dikenal dengan distrik geisha dan samurai yang masih lestari. Higashi Chaya District adalah area di mana rumah-rumah teh (chaya) dan bangunan kayu dari zaman Edo masih berdiri kokoh. Di sini, pengunjung dapat menikmati pertunjukan musik tradisional Jepang atau mengunjungi rumah geisha yang telah diubah menjadi museum. Di sisi lain kota, Nagamachi Samurai District menyajikan suasana berbeda—jalan-jalan berbatu yang diapit dinding tanah liat dan rumah-rumah samurai yang menggambarkan gaya hidup kalangan prajurit elit pada abad ke-17.

Salah satu rumah yang wajib dikunjungi adalah Nomura-ke, rumah samurai kelas atas yang kini berfungsi sebagai museum. Interiornya memperlihatkan detail artistik seperti pintu geser bergambar, taman dalam ruangan bergaya Jepang, serta artefak asli dari masa samurai.

Bagi pecinta seni dan kerajinan tangan, Kanazawa juga merupakan pusat kesenian tradisional Jepang seperti Kaga Yuzen (seni mewarnai kain kimono), Wajima-nuri (pernis), dan Kanazawa Gold Leaf, di mana lembaran emas tipis digunakan untuk menghiasi berbagai produk dari permen hingga karya seni. Pengunjung dapat mengunjungi studio lokal dan bahkan mencoba langsung proses pembuatan di beberapa tempat.

Tak lengkap rasanya membicarakan Kanazawa tanpa menyebut Omicho Market, pasar tradisional yang sudah ada sejak lebih dari 300 tahun lalu. Di sini, wisatawan bisa menikmati kuliner lokal segar seperti sushi, kepiting, dan berbagai hasil laut dari Laut Jepang. Kota ini juga terkenal karena menyajikan makanan musiman berkualitas tinggi yang dipadukan dengan cita rasa lokal khas Ishikawa.

Satu lagi nilai tambah Kanazawa adalah aksesibilitasnya yang semakin mudah sejak dibukanya jalur Shinkansen Hokuriku yang menghubungkan Tokyo dengan Kanazawa hanya dalam waktu sekitar 2,5 jam. Ini menjadikan kota ini sebagai pilihan ideal untuk perjalanan singkat dari ibu kota atau sebagai bagian dari rute wisata budaya Jepang barat.

Dengan perpaduan taman klasik, distrik bersejarah, dan warisan seni yang hidup, Kanazawa menawarkan wajah Jepang yang tenang, mendalam, dan penuh keindahan abadi. Kota ini bukan sekadar tempat untuk dilihat, tetapi untuk dirasakan—dalam setiap langkah di jalan berbatu, setiap cangkir teh di rumah geisha, dan setiap helai daun yang jatuh perlahan di taman.

Read More